PENGERTIAN EMOSI
Kata emosi berasal dari bahasa latin , yaitu
emovere , yang berarti bergerak menjauh. Arti kata
ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak
merupakan hal mutlak dalam emosi.
Tentang Emosi, kadang kita cenderung
menganggap nya sebagai reaksi berlebihan atas
ada nya prilaku kurang berkenan yang kita terima,
karena banyak juga yang selalu mengaitkan kata
emosi hanya dengan perasaan marah atau
kecewa… sebenernya siy gak sebatas itu aja
lho… yuuk kita bahas lebih luas tentang ini.
Yang aku dapetin ketika aku tanya Om Google
tentang pengertian emosi ternyata banyak
banget .. diantara nya adalah yang dikeluarkan
oleh Daniel Goleman , emosi adalah suatu
perasaan dan fikiran yang khas, keadaan
psikologis dan biologis yang merupakan
dorongan untuk bereaksi atau bertindak karena
ada nya rangsangan baik dari dalam maupun dari
luar individu, dimana hal tersebut bisa berupa;
marah, sedih, bahagia, takut, jengkel, malu,
terkejut, cinta, benci, puas.. yang secara
keseluruhan merupakan respon atas stimulus
yang di terima.
Dengan melihat lebih luas, bisa di katakan bahwa
emosi adalah bukan sesuatu yang buruk, dan aku
setuju banget dengan pernyataan itu, karena
sebagaimana di nyatakan oleh Aristoteles dalam
The Nichomacea Ethics adalah bukan
emosionalitas yang menjadi masalah, tetapi lebih
ke bagaimana kita bisa mengekspresikan dan
mengendalikan semua jenis emosi dan menguasai
nya dengan kecerdasan, bahkan Nafsu jika di latih
dengan baik akan menghasilkan
kebijaksanaan..hhmmm…. bener juga yah….
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan
berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah
satu aspek penting dalam kehidupan manusia,
karena emosi dapat merupakan motivator perilaku
dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia.
(Prawitasari,1995)
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-
macam emosi, antara lain Descrates. Menurut
Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat),
hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder
(heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan).
Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga
macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage
(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman
(2002 : 411) mengemukakan beberapa macam
emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua
tokoh di atas, yaitu :
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel,
kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram,
melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-
was, perasaan takut sekali, waspada, tidak
tenang, ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas,
riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan,
kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, dan kemesraan
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. malu : malu hati, kesal
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua
emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah
dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam
emosi itu mendorong individu untuk memberikan
respon atau bertingkah laku terhadap stimulus
yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics
pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang
kebajikan, karakter dan hidup yang benar,
tantangannya adalah menguasai kehidupan
emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila
dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan;
nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan
kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat
dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal
itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles,
masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas,
melainkan mengenai keselarasan antara emosi
dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang
cenderung menganut gaya-gaya khas dalam
menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu :
sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan
pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka
penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan
emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna
dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi
sia-sia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang
mendorong individu untuk merespon atau
bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
December 23, 2010 Leave a reply
KECERDASAN EMOSI
Kecerdasan Emosi atau dalam bahasa londo nya
Emotional Intelligent pertama kali di
sosialisasikan oleh seorang psikolog Peter
Salovey, dari Havard University dan John Mayer
dari University of New Hampshire yaitu himpunan
bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan
kemampuan memantau perasaan sosial yang
melibatkan kemampuan pada orang lain,
memilah-milah semua nya dan menggunakan
informasi ini untuk membimbing fikiran dan
tindakan
Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotation (EQ)
meliputi kemampuan mengungkapkan perasaan,
kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan
kemampuan untuk mengatur dan
mengendalikannya.
Kecerdasan emosi dapat juga diartikan sebagai
kemampuan Mental yang membantu kita
mengendalikan dan memahami perasaan-
perasaan kita dan orang lain yang menuntun
kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-
perasaan tersebut.
Jadi orang yang cerdas secara emosi bukan
hanya memiliki emosi atau perasaan-perasaan,
tetapi juga memahami apa artinya. Dapat melihat
diri sendiri seperti orang lain melihat kita, mampu
memahami orang lain seolah-olah apa yang
dirasakan orang itu kita rasakan juga.
Tidak ada standar test EQ yang resmi dan baku.
Namun kecerdasan Emosi dapat ditingkatkan,
baik terukur maupun tidak. Tetapi dampaknya
dapat dirasakan baik oleh diri sendiri maupun
orang lain. Banyak ahli berpendapat kecerdasan
emosi yang tinggi akan sangat berpengaruh pada
peningkatan kualitas hidup.
Setidaknya ada 5 unsur yang membangun
kecerdasan emosi, yaitu:
1. Memahami emosi-emosi sendiri
2. Mampu mengelola emosi-emosi sendiri
3. Memotivasi diri sendiri
4. Memahami emosi-emosi orang lain
5. Mampu membina hubungan sosial
Sejauh mana kecerdasan emosi anda? Untuk
mengetahuinya, kelima unsur diatas dapat
dijadikan barometer untuk mengukur apakah anda
termasuk orang yang cerdas secara emosi.
Berikut ini adalah hal-hal spesifik yang perlu
dipahami dan dimiliki oleh orang-orang yang
cerdas secara emosi:
Mengatasi Stress
Stress merupakan tekanan yang timbul akibat
beban hidup. Stress dapat dialami oleh siapa
saja. Toleransi terhadap stress merupakan
kemampuan untuk bertahan terhadap peristiwa-
peristiwa buruk dan situasi penuh tekanan tanpa
menjadi hancur. Ini berarti mengelola stress
dengan positif dan merubahnya menjadi pengaruh
yang baik.
Orang yang cerdas secara emosional mampu
menghadapi kesulitan hidup dengan kepala tegak,
tegar dan tidak hanyut oleh emosi yang kuat.
Cenderung menghadapi semua hal, bukannya lari
dan menghindar. Dapat mengelakkan pukulan
sehingga tidak hancur dan tetap terkendali.
Mungkin sesekali terjatuh namun tidak terpuruk
sehingga dapat berdiri tegak kembali.
Mengendalikan Dorongan Hati
Merupakan karakteristik emosi untuk menunda
kesenangan sesaat untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik. Hal ini sering juga disebut
“menahan diri”.
Orang yang cerdas secara emosi tidak memakai
prinsip “harus memiliki segalanya saat itu juga”.
Mengendalikan dorongan hati merupakan salah
satu seni bersabar dan menukar rasa sakit atau
kesulitan saat ini dengan kesenangan yang jauh
lebih besar dimasa yang akan datang. Kecerdasan
emosi penuh dengan perhitungan.
Mengelola Suasana Hati
Merupakan kemampuan emosionil yang meliputi
kecakapan untuk tetap tenang dalam suasana
apapun, menghilangkan gelisahan yang timbul,
mengatasi kesedihan atau berdamai dengan
sesuatu yang menjengkelkan.
Orang yang cerdas secara emosi tidak berada
dibawah kekuasaan emosi. Mereka akan cepat
kembali bersemangat apapun situasi yang
menghadang dan tahu cara menenangkan diri.
Mengelola suasana hati bukan berarti menekan
perasaan. Salah satu ekspresi emosi yang bisa
timbul bagi setiap orang adalah marah. Menurut
Aristoteles, Marah itu mudah. Tetapi untuk marah
kepada orang yang tepat, tingkat yang tepat,
waktu, tujuan dan dengan cara yang tepat, hanya
bisa dilakukan oleh orang-orang yang cerdas
secara emosi.
Ketiga hal tersebut diatas, merupakan
kemampuan untuk memahami dan mengelola
emosi-emosi diri sendiri yang harus dimiliki oleh
orang-orang yang dikatakan cerdas secara emosi.
Memotivasi Diri
Orang dengan keterampilan ini cenderung sangat
produktif dan efektif dalam hal apapun yang
mereka hadapi. Ada banyak cara untuk
memotivasi diri sendiri antra lain dengan banyak
membaca buku atau artikel-artikel positif,
“selftalk”, tetap fokus pada impian-impian,
evaluasi diri dan sebagainya.
Memahami Orang lain
Menyadari dan menghargai perasaan-perasaan
orang lain adalah hal terpenting dalam
kecerdasan emosi. Hal ini juga biasa disebut
dengan empati.
Empati bisa juga berarti melihat dunia dari mata
orang lain. Ini berarti juga dapat membaca dan
memahami emosi-emosi orang lain.
Memahami perasaan orang lain tidak harus
mendikte tindakan kita. Menjadi pendengar yang
baik tidak berarti harus setuju dengan apapun
yang kita dengar.
Keuntungan dari memahami orang lain adalah
kita lebih banyak pilihan tentang cara bersikap
dan memiliki peluang lebih baik untuk
berkomunikasi dan menjalin hubungan baik
dengan orang lain.
Kemampuan Sosial
Memiliki perhatian mendasar terhadap orang lain.
Orang yang mempunyai kemampuan sosial dapat
bergaul dengan siapa saja, menyenangkan dan
tenggang rasa terhadap orang lain ynag berbeda
dengan dirinya.
Tingkah laku seperti itu memerlukan harga diri
yang tinggi, yaitu: menerima diri sendiri apa
adanya, tidak perlu membuktikan apapun (baik
pada diri sendiri maupun orang lain), bahagia dan
puas pada diri sendiri apapun keadaannya.
Kemampuan sosial erat hubungannya dengan
keterampilan menjalin hubungan dengan orang
lain. Orang yang cerdas secara emosi mampu
menjalin hubungan sosial dengan siapa saja.
Orang-orang senang berada disekitar mereka dan
merasa bahwa hubungan ini berharga dan
menyenangkan. Ini berarti kedua belah pihak
dapat menjadi diri mereka sendiri.
Orang-orang dengan kecerdasan emosi yang
tinggi bisa membuat orang lain merasa tentram
dan nyaman berada didekatnya. Mereka menebar
kehangatan dan keterbukaan atau transparansi
dengan cara yang tepat.
Apakah Anda Termasuk Orang yang Cerdas
secara Emosi?
Anda dan orang-orang disekitar Anda-lah yang
tahu.
Atau Anda ingin menjadi Orang yang Cerdas
secara Emosi?
Sepertinya tidak terlalu sulit bukan?
Selamat mencoba, Semoga Berhasil.
Dari beberapa pendapat diatas dapatlah
dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut
diri untuk belajar mengakui dan menghargai
perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk
menanggapinya dengan tepat, menerapkan
dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan
pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga) unsur penting
kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan
pribadi (mengelola diri sendiri); kecakapan sosial
(menangani suatu hubungan) dan keterampilan
sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang
dikehendaki pada orang lain).
dikutip dari buku Ariwibowo Prijosaksono dan Sri
Bawono “control your live”
Daniel Goleman “kecerdasan emosi”
December 23, 2010 Leave a reply
ARTI PENTING KECERDASAN EMOSI
Salah satu komponen penting untuk bisa hidup di
tengah-tengah masyarakat adalah kemampuan
untuk mengarahkan emosi secara baik. Penelitian
yang dilakukan oleh Goleman (Ubaydillah, 2004:1)
menunjukkan bahwa kontribusi IQ bagi
keberhasilan seseorang hanya sekitar 20% sisanya
80% ditentukan oleh serumpun faktor yang
disebut kecerdasan emosional . Dalam
kenyataannya sekarang ini dapat dilihat bahwa
orang yang ber-IQ tinggi belum tentu sukses dan
belum tentu hidup bahagia.
Orang yang ber-IQ tinggi tetapi karena emosinya
tidak stabil dan mudah marah seringkali keliru
dalam menentukan dan memecahkan persoalan
hidup karena tidak dapat berkonsentrasi.
Emosinya yang tidak berkembang, tidak terkuasai,
sering membuatnya berubah-ubah dalam
menghadapi persoalan dan bersikap terhadap
orang lain sehingga banyak menimbulkan konflik.
Emosi yang kurang terolah juga dengan mudah
menyebabkan orang lain itu kadang sangat
bersemangat menyetujui sesuatu, tetapi dalam
waktu singkat berubah menolaknya, sehingga
mengacaukan kerja sama yang disepakati
bersama orang lain. Maka, orang itu mengalami
kegagalan.
Di lain pihak beberapa orang yang IQ-nya tidak
tinggi, karena ketekunan dan emosinya yang
seimbang, sukses dalam belajar dan bekerja.
Orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi
akan berupaya menciptakan keseimbangan diri
dan lingkungannya, mengusahakan kebahagiaan
dari dalam dirinya sendiri, dapat mengubah
sesuatu yang buruk menjadi lebih baik, serta
mampu bekerja sama dengan orang lain yang
mempunyai latar belakang yang beragam. Ini
berarti orang yang cerdas secara emosi akan
dapat menampilkan kemampuan sosialnya,
dengan kata lain kecerdasan emosi seseorang
terlihat dari tingkah laku yang ditunjukkannya.
Asumsi ini diperkuat oleh pendapat Suparno
(2004:21) yang menjelaskan jika kecerdasan
seseorang tidak hanya bersifat teoritik saja, akan
tetapi harus dibuktikan secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Kecerdasan emosi
merupakan kapasitas manusiawi yang dimiliki
oleh seseorang dan sangat berguna untuk
menghadapi, memperkuat diri, atau mengubah
kondisi kehidupan yang tidak menyenangkan
menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi.
Masih menurut Goleman, biasanya pada orang-
orang yang murni hanya memiliki kecerdasan
akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa
gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel,
cenderung menarik diri, terkesan dingin dan
cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan
kemarahannya secara tepat. Bila didukung
dengan rendahnya taraf kecerdasan
emosionalnya, maka orang-orang seperti ini
sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-
sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi
namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah
maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang
keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak
mudah percaya kepada orang lain, tidak peka
dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus
asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya,
dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ
rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional
yang tinggi.
December 23, 2010 Leave a reply
CARA MENINGKATKAN KECERDASAN
EMOSI
kecerdasan emosi dapat kita tinggkatkan. Ada
beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan
sebagai langkah awal guna meningkatkan
kecerdasan emosi .
Dua ahli EQ (Emotional Quotient), Salovey &
Mayer (1990) – pengembang konsep EQ, jauh
sebelum Goleman – merangkumnya menjadi lima
aspek berikut ini :
a. kesadaran diri (self awareness)
b. mengelola emosi (managing emotions)
c. memotivasi diri sendiri (motivating oneself)
d. empati (emphaty) dan
e. menjaga relasi (handling relationship)
Seperti halnya Peter dan Salovey, pada mulanya
Daniel Goleman pun menyebut 5 dimensi guna
mengembangkan kecerdasan emosi yaitu :
a. Penyadaran Diri
b. Mengelola Emosi
c. Motivasi Diri
d. Empati dan
e. Ketrampilan Sosial
Dalam buku terbarunya yang membahas
kompetensi EQ, “The emotionally Intelligent
Workplace” Goleman menjelaskan bahwa perilaku
EQ tidak bisa hanya dilihat dari sisi setiap
kompetensi EQ melainkan harus dari satu dimensi
atau setiap cluster-nya. Kemampuan penyadaran
social (social awareness) misalnya tidak hanya
tergantung pada kompetensi empati semata
melainkan juga pada kemampuan untuk
berorientasi pelayanan dan kesadaran akan
organisasi. Dikatakannya pula ada kaitan antara
dimensi EQ yang satu dengan lainnya. Jadi
tidaklah mungkin memiliki ketrampilan sosial
tanpa memiliki kesadaran diri, pengaturan diri
maupun kesadaran sosial.
Beberapa cara yang dipaparkan di atas, ada
beberapa yang juga dapat dilakukan untuk
meningkatkan kecerdasan emosional yang
terdapat dalam artikelnya Mocendink, yaitu:
A. Mengenali emosi diri
Ketrampilan ini meliputi kemampuan Anda untuk
mengidentifikasi apa yang sesungguhnya Anda
rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul
dalam pikiran, Anda harus dapat menangkap
pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut
adalah beberapa contoh pesan dari emosi: takut,
sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah,
kesepian
B. Melepaskan emosi negatif
Ketrampilan ini berkaitan dengan kemampuan
Anda untuk memahami dampak dari emosi
negatif terhadap diri Anda. Sebagai contoh
keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun
memenuhi target pekerjaan yang membuat Anda
mudah marah ataupun frustasi seringkali justru
merusak hubungan Anda dengan bawahan
maupun atasan serta dapat menyebabkan stres.
Jadi, selama Anda dikendalikan oleh emosi
negatif Anda justru Anda tidak bisa mencapai
potensi terbaik dari diri Anda. Solusinya, lepaskan
emosi negatif melalui teknik pendayagunaan
pikiran bawah sadar sehingga Anda maupun
orang-orang di sekitar Anda tidak menerima
dampak negatif dari emosi negatif yang muncul.
C. Mengelola emosi diri sendiri
Anda jangan pernah menganggap emosi negatif
atau positif itu baik atau buruk. Emosi adalah
sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan
tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya
perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil
akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan
kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi
dapat membantu Anda mencapai kesuksesan.
Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi
diri sendiri, yaitu : Pertama adalah menghargai
emosi dan menyadari dukungannya kepada Anda.
Kedua berusaha mengetahui pesan yang
disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita
pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya.
Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil
tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita
mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri
yang paling penting dalam manajemen diri,
karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan
emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.
D. Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai
tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam
kaitan untuk memberi perhatian, untuk
memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri,
dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional–
menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati–adalah landasan
keberhasilan dalam berbagai bidang. Ketrampilan
memotivasi diri memungkinkan terwujudnya
kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-
orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung
jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun
yang mereka kerjakan.
E. Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki
empati terhadap apa yang dirasakan orang lain.
Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih
efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik.
Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum
dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar
dalam berhubungan dengan manusia secara
efektif.
F. Mengelola emosi orang lain
Jika ketrempilan mengenali emosi orang lain
merupakan dasar dalam berhubungan antar
pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang
lain merupakan pilar dalam membina hubungan
dengan orang lain. Manusia adalah makhluk
emosional. Semua hubungan sebagian besar
dibangun atas dasar emosi yang muncul dari
interaksi antar manusia. Ketrampilan mengelola
emosi orang lain merupakan kemampuan yang
dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya.
Sehingga kita mampu membangun hubungan
antar pribadi yang kokoh dan berkelanjutan.
Dalam dunia industri hubungan antar korporasi
atau organisasi sebenarnya dibangun atas
hubungan antar individu. Semakin tinggi
kemampuan individu dalam organisasi untuk
mengelola emosi orang lain.
G. Memotivasi orang lain.
Ketrampilan memotivasi orang lain adalah
kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan
mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini
adalah bentuk lain dari kemampuan
kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi,
mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya
dengan kemampuan membangun kerja sama tim
yang tangguh dan andal.
Jumat, 01 Agustus 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


KECERDASAN EMOSI (EMOSIONAL INTELLIGENCE)